Tradisi Buka Luwur di Menara Kudus
Dewi
Ratna Sari
1520110053
Buka luwur di
Menara Kudus adalah suatu prosesi penggantian kelambu di jungkup makam Sunan Kudus. Setiap tahun tradisi ini
dilaksakan yaitu pada 1 Muharram pembukaan dan penggantian luwurnya pada 10 Muharram.
Banyak perbedaan pendapat bahkan ada yang tidak mengetahui mengenai sejarah
tradisi buka luwur di menara kudus hanya tokoh – tokoh tertentu yang tahu dan
mengerti betul sejarah dari Buka Luwur di makam Sunan kudus. Hukum tradisi dari
Buka Luwur itu sendiri juga beragam ada yang mengatakan sunah ada juga yang
mengatakan sampai wajib. Buka Luwur di Menara Kudus dilaksanakan setiap 1 Muharram
mempunyai alasan tertentu kebanyakan orang menganggap bahwa bulan Muharram
merupakan bulan yang penuh berkah dan dikaitkan pada sejarah agama islam yang
mana banyak mukjizat yang terjadi pada bulan Allah ini. Ada berbagai rangkaian
upacara dalam Buka Luwur di Menara Kudus yang meliputi dimulainya pengajian
tahun baru hijriah, pelepasan luwur kangjeng Sunan Kudus, munadharah masa’il
diniyah, do’a rasul dan terbang papat, khatmil qur’an bil ghaib, santunan anak
yatim, pembagian bubur asyuro, pembacaan al- barzanji, pengajian umum malam 1 Syuro
pembagian brekat salinan, bembagian brekat shadaqah, bembagian brekat umum (
nasi jangkrik sampai puncak upacara pemasangan luwur makam kangjeng Sunan Kudus.
Dalam pelaksanaan tradisi ini memiliki makna yang terkandung di dalamnya.
Buka
Luwur Sunan Kudus
Pendahuluan
Islam dan
budaya adalah dua hal yang berbeda.
Namun keduanya dapat saling mempengaruhi. Islam sebagai agama dengan
seperangkat nilainya telah mempengaruhi pola budaya dan tradisi masyarakat
pemeluknya. Akan tetapi aspek sosial budaya dari masyarakat setempat tidak
serta merta terkikis.
Dalam budaya popular, terkadang dikaitkan
dengan hal yang diwarnai mitos dengan seperti cerita
mengenai Walisongo (sembilan wali). Tetapi dalam perkembangan berikutnya kebudayaan
populer banyak sekali menyerap konsep-konsepa dan simbol-simbol Islam sehingga
sering kali tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang
terpenting. Pengaruh Islam juga sangat terasa dalam upacara-upacara sosial
budaya populer.
Di kudus buka luwur dibedakan
menjadi dua yaitu Buka Luwur di Menara Kudus dan Buka Luwur di Muria. Namun,
supaya tidak terlalu luas dalam pembahasan maka hanya akan membahas mengenai tradisi Buka Luwur. Misalnya Buka Luwur di Kudus. Buka Luwur adalah salah satu wujud
hubungan antara islam dan tradisi setempat. Di Kudus terdapat berbagai tradisi
yang meliputi dhandhangan, bulusan , dan Buka Luwur. Buka Luwur di Menara Kudus
di laksanakan setiap 1 Muharram hal ini di karenakan bulan yang istimewa. Namun
berbeda dengan Buka Luwur di berbagai daerah, biasanya dalam Buka Luwur di Menara
kudus terdapat berbagai rentetan kegiatan yaitu pengajian, khotmil alqur’an ,
pelepasan Buka Luwur , santunan anak yatim , sampai pembagian nasi jangkrik
dll. Dalam penulisan artikel ini akan membahas mengenai mulai sejarah tradisi
Buka Luwur di Menara kudus , hukum dari tradisi Buka Luwur , proses Buka Luwur
di Menara kudus sampai makna dari Buka Luwur tersebut.
Pengertian Buka Luwur
Buka Luwur diambil
dari bahasa jawa yaitu buka dan luwur. Buka yang artinya membuka dan luwur
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kain kafan atau kain mori yang
berfungsi sebagai penutup nisan atau makam. Sedangkan menurut istilah buka
luwur adalah ritual sakral penggantian luwur pada makam Kanjeng Sunan Kudus
yang dilaksanakan 1 tahun sekali pada tanggal 10 Muharram yang merupakan
tradisi turun-temurun dari generasi ke generasi. Jadi Buka Luwur merupakan ritual yang rutin diperingati
setiap bulan Muharam (Syuro) yang lebih tepatnya 10 Muharam untuk Sunan Kudus.
Ritual ini adalah ritual yang dilaksanakan untuk mengganti kain penutup makam
Sunan Kudus serta melaksanakan pengajian umum, pembacaan doa tahlil, dan
pemasangan Luwur baru.[1]
Menurut Bapak Hilal Haidar salah satu guru di MA Qudsiyyah menjelaskan bahwa “Buka luwur adalah
sebuah prosesi yang di awali dengan membuka luwur kemudian memasang luwur
dengan yang baruatau intinya mengganti kain luwur”.[2]
Begitu juga menurut Bapak Deni Nur Hakim beliau staff yayasan makam sunan kudus yang mengatakan
bahwa “ Buka Luwur adalah sebuah tradisi mengganti kain klambu di jungkup dan
bangunan makam Sunan Kudus.[3]
Tidak hanya itu menurut salah satu murid yang sekolah di TBS Kudus bernama
Abdul Ghofur menjelaskan “ Buka Luwur
adalah suatu tradisi dalam rangka menghorrmati ahli kubur dengan
menyelenggarakan acara – acara dan wafatnya ahli kubur dengan mengganti kain
luwur yang di laksanakan setiap 1 Muharram”.[4]
Berbagai pengertian Buka Luwur diatas
hampir sama dengan salah satu dengan dari teman facebook Muhammad Baedlowi yang mengatakan bahwa “ Buka Luwur itu sama dengan khaul memperingati
wafatnya waliyullah Sunan Kudus tapi dinamakan Buka Luwur itu setau saya ya
mbak mengganti kain putih sebagai
kerudung dalam pusara waliyullah Sunan kudus, intinya kayak gitu dan menurut
orang zaman dahulu dan turun temurun meninggalnya 10 asyuro / 10 muharram
makanya setiap 10 syuro di adakan Buka Luwur atau khaul mbah waliyullah Sunan
Kudus, wallahua’lam bissowab mbak[5]”. Namun
ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa upacra tradisional Buka Luwur
sebenrnya bukanlah khaul atau perngatan wafatnya Sunan Kudus sebab kapan
tanggal wafatnya sunan kudus tidak atau belum di ketahui.
Sejarah Tradisi Buka Luwur
Buka luwur
sendiri diadakan setelah wafatnya Syaikh Ja’far Shodiq (Kanjeng Sunan Kudus)
yang dilakukan masyarakat setempat untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa
beliau.
Menurut
Bapak Hilal Haidar mengatakan bahwa “ Makam Sunan Kudus sudah berusia 600 tahun
yang lalu , para pengurus berupaya memberi suatu rumah makam yang semua orang
boleh masuk, supaya tempat yang dimasuki itu lebih nyaman, indah, diantaranya di hiasi dengan kain itu (
maksudnya kain luwur ). Ibarat kain atau baju yang tidak pernah diganti ya harus di ganti agar lebih nyaman dan
menghormati”.[6]
Menurut Bapak Deni Nur Hakim “Sesungguhnya Buka Luwur itu bukan
haul, sebab kematian mbah sunan tidak
diketahui oleh masyarakat banyak jadi berbeda ya , sekarang kan banyak itu setiap daerah
yang menyelenggaraka haul atau memperingati kematian dari orang tua saudara dll
itu berbeda dengan Buka Luwur di Menara Kudus”.[7]
Tambahan dari Bapak Hilal Haidar yang mengatakan “ setiap ada tradisi buka
luwur panitia itu untung , untung bukan dalam arti di gaji karena panitia
membantu menyukseskan kegiatan itu tanpa di gaji sepeserpun melainkan untung
dalam arti pemasukan yang banyak, haal ini karena banyak masyarakat yang suka
rela menyumbang seperti uang, kerbau, kain mori, bahan – bahan kebutuhan masak,
dll”.[8]
Selain sebagai
ritual tahunan, ritual ini juga menggambarkan kepribadian dari masyarakat Kudus
khususnya daerah sekitar makam kanjeng sunan (Desa Kauman). Ritual tersebut
dari pihak penyelenggara yayasan tidak memprioritaskan ngajuke proposal
(permohonan sumbangan dari orang lain) sebagai dana pelaksanaan ritual buka
luwur ini. Melainkan masyarakat sendirilah yang memberikan bantuan baik berupa
harta maupun tenaga. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kudus
kepada masyarakat untuk hidup mandiri tanpa tergantung kepada orang lain.
Kepanitiaan
Konsep
penyelenggaraan Buka Luwur adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Oleh karena
itu segala kebutuhan untuk acara buka luwur juga di peroleh dari masyarakat yang
berupa shadaqah. Di sini panitia hanya memfasilitasi masyarakat yang hendak
memberikan shadaqah untuk pelaksanaaan Buka Luwur. Secara teknis guna
menyukseskan penyelenggaraan acara buka luwur ini YM3SK membuat kepanitiaan dengan berbagai
seksi kerja : Design, penerimaan shadaqah, pengajian, perlengkapan luwur ,
matoan , dan dapur, konsumsi, berkat kartu, berkat khusus, undangan, salinan,
keamanan dan brekat umum, kebersihan, PPPK, penerima tamu, lampu, pengeras
suara dan air, dokumentasi, perawatan hewan, satu sama lain berperan dalam
bidangnya masing – masing.[9]
Hukum tradisi Buka Luwur di Menara
kudus
Menurut
staff yayasan sunan kudus bapak Deni Nur Hakim , “hukum dari tradisi sunan
kudus itu sunnah”[10].
Begitu juga dengan pendapat dari Bapak Hilal Haidar mengatakan bahwa “hukum buka
luwur itu sunah tapi kadang bisa sampai wajib , kalau sunnah itu maksudnya kita
hanya menghormati saja,, tapi kalau wajib itu ibaratnya menghormati orang tua
kita yaitu sangat di haruskan” [11].
Menurut masyarakat awam Muhammad Baedlowi
“hukum buka luwur Sunnah , karena di dalam khaul ada pembacaan sholawat
, tahlilan khotmil qur’an dan semuanya
itu baik,barang baik selagi bisa di
jangkau kenapa tidak dihadiri ? lagi pula yang di buat acara adalah sosok walinya
gusti allah orang pintar orang alim, pribadiku mengikuti acara khaul mbah sunan
dengan niat di hati mengharap berkah dari allah swt”[12].
Sedangkan menurut Abdul Ghofur hukum buka luwur itu sunnah karena memperingati
para leluhur ataun ulama.[13]
Tujuan
tradisi Buka Luwur di menara Kudus
Sebenarnya
tujuan dari tradisi Buka Luwur adalah menghormati makam sunan kudus yang
ibaratnya baju yang perlu di ganti dengan yang baru.[14]
Ada yang mengatakan juga bahwa tujuan dari Buka Luwur adalah untuk mentauladani
atas perjuangan dari sunan kudus Kyai Ja’far Shodiq dalam menyebarkan agama
islam dan tokoh yang sangat berpengaruh dalam terbentuknya kota kudus. Akan
tetapi ada orang berpendapat bahwa tujuan dari tradisi Buka Luwur mengingat
yang maha kuasa , bahwa tidak ada yang
kekal di dunia , itu sudah turun temurun dari nenek moyang , dengan menghadiri
acara tersebut acara tersebut dapat mendapatkan berkahnya. Tapi biasanya
kebanyakan orang tujuannya agar mendapat berkah serangkain acara yang
diselenggarakan.
Alasan kenapa Buka Luwur
dilaksanakan pada 1 syuro memasuki awal
bulan Muharram
Upacara
buka luwur dimulai pada malam bulan 1 Syuro, yakni memasuki awal tahun baru
islam ( bulan Muharram ) dengan di bukanya pengajian umum Tahun Baru Hijriah.
Istilah syuro ( dari Asyuro’) dalam kalender jawa berasal dari penggalan sabda
Rasulullah yang berbunyi Asyuro yaumul asyir. Syuro merupakan hari kesepuluh
bulan muharram. Tradisi islam mencatat bahwa di yakini banyak mukjizat yang
terjadi di bulan Allah ini. Beberapahal yang masih menjadi kenyakinan di
kalangan umat islam antara lain adlah legenda bahwa pada hari asyuro nabi Adam
diciptakan , nabi Nuh as diselamatkan dari banjir bandang , Nabi Ibrahim
dilahirkan dan Allah swt menerima taubatnya. Pada hari ‘asyuro, kiamat akan
terjadi dan orang mandi pada bulan asyuro diyakini tidak akan mudah terkena
penyakit. Sejumlah umat islam mengaitkan kesucian hari ‘asyuro dengan kematian
cucu nabi Muhammad saw, Husein saat berperang melawan tentara suriah yang
kebetulan meninggal secara tragis pada hari ke 10 Muharram.[15]
Menurut Bapak Hilal Haidar bahwa “alasan
kenapa dilaksanakan pada bulan muharram dimaksud hari yang penuh berkah
bebarengan dengan hari – hari bersejarah islam”.[16]
Pendapat itu hampir serupa dengan apa yang dikatakan Bapak Deni Nur Hakim yaitu
alasannya Karena dalam agama islam bulan muharram adalah bulan awal tahun baru agar kehidupan kita
bisa lebih baik dari tahun sebelumnya dan bulan muharram adalah bulan yang
penuh berkah.[17]
Rangkaian Upacara Buka
Luwur Makam Sunan Kudus
Penjamasan
Pusaka
Rangkaian
prosesi Buka Luwur sudah
dimulai dengan acara penjamasan pusaka Sunan Kudus yang berupa keris yang
bernama Cinthaka atau Ciptaka. Penjamasan keris luk sembilan dengan hiasan emas yang menempel pada gandhik tersebut dilakukan pada bulan
Dzulhijjah. Penjamasan pusaka ini dilakukan setelah hari raya Idul Adha pada
(14 Dzulhijjah). Penjamasan dimulai sekitar pukul 07.30 dan lama pencucian
pusaka sekitar 2 jam. Setiap pencucian pusaka, cuaca pasti timbreng, Cuaca timbreng adalah di mana cuaca tidak
panas dan tidak hujan, matahari juga tertutup oleh awan mendung. Sebelum
melakukan penjamasan, terlebih dahulu ziarah ke makam Sunan Kudus.[18]
Pengajian
Tahun Baru Hijriah
Setiap memasuki tahun baru Islam (bulan
Muharam/Suro) sudah menjadi tradisi bagi kaum muslim untuk melakukan doa yang
disebut awal dan akhir tahun. Doa tesebut dilakukan untuk merefleksi kadar
keimanan dan dosa-dosa yang pernah dilakukan selama satu tahun yang lalu dapat
lebur sehingga lembaran tahun baru nantinya akan lebih baik. Pengajian umum
ini dihadiri oleh masyarakat umum yang datang dari berbagai daerah di Kudus dan
sekitarnya. Pengajian umum ini diselenggarakan di serambi Masjid Al-Alqsha
Menara Kudus. Pengajian tersebut dimulai pukul 20.00, berlangsung kurang lebih
selama dua jam.
Pelepasan
Luwur
Menjelang
subuh 1 syuro , para Jemaah dan peziarah biasanya sudah menyemuti kompleks
makam sunan kudus. Di hari itu ,mereka tidak ingin melewatkan momentum tahunan
yang penuh berkah. Upacara pelepasan luwur makam sunan kudus itu sendiri
dilaksanakan pada pukul 06.00 pagi. Sebelum luwur dibuka , terlebih dahulu
dibacakan tahlil,yang di pimpin seorang kyai sepuh bersama dengan beberapa kyai
sepuh lain yang berada di bangunan cungkuup makam sunan kudus. Kain – kain
luwur yang telah di lepas dibawa ke Tajug untuk kemudian dilipat dan ditata
rapi untuk disimpan dan dipotong –potong untuk diagi pada waktu waktu upacara
puncak taggal 10 syuro nanti. Maksud dari pembagian luwur adalah untuk
tabarrukan / ngalap barakah atau mengambil berkah.
Munadharah
Masa’il Diniyah
Kegiatan
ini biasanya dilaksanakan pada pada hari Ahad antara tanggal 1-10 syuro. Acara
yang barangkali sudah berjalan selama belasan tahun ini biasanya diadakan di
serambi masajid Menara Kudus. Yang pada dasarnya ini adalah forum untuk belajar
bersama memperdalam ilmu – ilmu agama yang dihadiri oleh umum ,para santri, dan
para kyai. Materi yag dibahas dalam munadharah adalah kumpulan pertanyaan yang
diajukan oleh masyarakat.
Do’a
Rasul dan Terbang Papat
Pembacaan
do’a rasul ini dilaksanakan pada malam 9 syuro yang bertempat di rumah yayasan
masjid menara dan makam sunan kudus di sebelah selatan pendopo Tajug dan
terbangan papat dengan pelantun kasidah al-barzanji terbangan dan sholawatan
dilaksanakan sehabis sholat isya’ di serambi depan masjid menara kudus. Acara
ini dihadiri oleh masyarakat umum dan terbangan ditampilkan oleh grup dari
masyarakat sekitar. Selama empat jam suara terbang papat( empat buah )terbang
atay rebana yang dilengkapi dengan satu buah jidur ini mengalun menghibur dan
diikuti oleh masyarakat.
Khatmil
Qur’an bil Ghaib
Kegiatan
uni dilaksanakan pada pukul 05.00 pasgi pada tanggal 9 syuro di dalam masjid
yang dilakukan oleh para hafidh ( penghafal alqur’an ). Dalam acara ini
dilaksanakan 9 kali khataman alqur’an. Sebelum khataman ini dimulai , terlebih
dahulu diadakan pembukaan dan sedikit tausiah dari kyai sepuh.kita engikutinya
diharapkan mendapat barakah dari khatamn yang dilakukan.
Santunan
Anak Yatim
Kegiatan
ini dilaksanakan pada 9 syuro pukul 09.00 kepada anak – anak yatim yang
dilaksanakan di gedung YM3SK. Sebenarnya
santunan kepada anak yatim adalah acara baru dalam rangkain upacara buka luwur
yang dilaksanakan beberapa tahun ini. Sesuai dengn kriterianya, panitia
melakukan survey mencari anak yatim dengan batas usia untuk putra 11 tahun dan putri
10 tahun.kemudian panitia akan mengirimkan undangan untuk penerimaan sanunan
kepada anak yatim yang memenuhi kriteria tersebut.
Pembagian
Bubur Asyura
Bubur
asyura ini dibuat pada tanggal 9 syuro untuk menyambut hari Asyuro. Biasanya
dibuat oleh para puluhan ibu – ibu di sebelah utara masjid tepatnya di rumah
sebelah timur sebelah timur pawestren ( tempat shalat wanita) cerita yang ada
pada bubur asyuro masyarakat kudus ini berkaitan dengan symbol peringatandan
selamatan atas selamatnya nabi Nuh asdari air bah yang melanda waktu itu.
Diceritakan bahwa setelah sekian lama terapung apung di air , nabi nuh dan
kaumnya tidak memiliki bahan apapun kecuali sisa – sisa bahan pangan. Mereka
pun mengolah kembali delapan bahan makanan yang ada untuk hidup. Delapan bahan
konon tersebut sesuai dengan bubur asyuro nabi NUh yang terbuat dari 8 bahan
makanan.
Pembacaan
al-Barzanji
Kegiatan
ini dilaksanakan ba’da isya, sebelum pelaksanaan pengajian malam 10 muharram.
Untuk jamaah perempuan pembacaan al- Barzanji dilaksanakan di Pawestren (
tempat sholat wanita ) sedangkan untuk laki – laki di pendapa Tajug. Jamaah
pembaca al- barzanji adalah remaja dan tokoh desa kauman.
Pengajian
Umum Malam 10 Syuro
Kegiatan
ini dilaksanakan pada 9 syuro , saat matahari mulai terbenam yang disambut
dengan kumandang adzan maghrib, ribuan masyarakat berbondong – bonding memasuki
masjid al-Aqsha menara kudus untuk bersiap mengikuti pengajian 10 muharram atau
yag dikenal dengan pengajian 10 syuro, salah satu ritus dalam buka luwur
kangjeng sunan kudus.
Pembagian
Berkat Salinan
Dilaksanakan
pada 10 syuro sekitar pukul 01.30 – 03.30 WIB dikantor YM3SK. Brekat slaina
adalah berkat yang di peruntukan bagi masyarakat dengan cara menukarkan nasi
yang di bawa dari rumah yang kemudian di tukar asi buka luwur. Pada awalnya
pembagian berkat salinan ini adalah imbalan dari panitia kepada warga sekitar
menara yang telah membantu pelaksaan buka luwur dengan menyumbang nasi. Akan
tetapi karena jumlah warga yang dating terus meningkat tiap tahunnya, keluarlah
kebajikan unuk membagi brekat salinan kepada siapapun yang menyumbang nasi dan
ditukar dengan brekat dari sunan kudus atau sego jangkrik.
Pembagian
Brekat Shadaqah
Brekat
kartu shadaqah adalah brekat yang diperuntukan bagi masyarakat yang telah
memberikan shadaqah untuk keperluan buka luwur. Pembagian brekat kartu
dilaksanakan setelah pembagian brekat salinan di Jl. Sunan Kudus paa pukul
05.00 – 08.30 WIBdalam perkembangannya brekat kartu diberkan kepada orang –
orang yang menyukseskan buka luwur kanjeng sunan kudus seperti orang yang
memberi sumbangan tukang masak, tukang bolang cincang , para khatimin, dan anak
– anak yatim.
Pembagian
Brekat Umum ( Nasi Jangkrik )
Brekat
umum adalah brekat yang akan di bagiakan kepada masyarakat umum memjelang
puncak buka luwur kangjeng sunan kudus. Untuk mendapatkan brekat umum ini puluhan ribu masyarakat telah mengantri di
sekitar lingkungan masjid al – Aqsha sejak malam 10 muharram. Masyarakat
menyakini adanya berkahh atau barakah dalam brekat buka luwur kangjeng sunan
kudus. Pembagan brekat ini diawali dengan pembacaan do’a oleh juru kunci makam
kangjeng sunan kudus setelah shalat subuh. Do’a dimulainya pembagian brekat
umum dilakukan di pendopo Tajug menara kudus. Pada pagi hari selepas subuh
tanggal 10 syuro ini pula masyarakat sudah berjejal di gang – gang sempit
sebelah Tajug. Nasi jangkrik sangat khas dengan pembungkusnya dari daun jati
yang diikta dengan bamboo atau anyaman jerami.[19]
Upacara
pemasangan Luwur Makam Kangjeng Sunan Kudus
Puncak
upacara buka luwur ini, pada pukul 10 syuro pagi, dilaksanakan di pendopo
Tajug, sekitar 100 meter dari makam sunan kudus. Upacara 00emasangan luwur
dibuka dengan iftitah bil fatihah atau membaca surat al fatihah, kemudian
qira’atul qur’an dilanjutkan dengan dzikir bersama dengan membaca hasbunallah
wani’mal wakil ni’mal wakilmaula wani’mal nasyir sebanyak 70 kalidan di akhiri
dengan pembacaando’a Asyura. Sesampai di pesarean luwur baru kemudian di
pasang. Luwur yang pasang pada acara puncak ini adaah luwur yang menutupi makam
kangjeng sunan kudus di bagian dalam.[20]
Jumlah kain yang dibutuhkan untuk luwur ialah sebanyak 33 gulungan yang tiap
satu gulungannyaa berukuran 45 meter atau 50 yard. Khusus untuk luwur makam
sunan kudus dibutukan sekitar 3 gulungan. Paling tidak luwur ini menghabiskan
sekiar 1.511 meter kain mori dan 85 meter kain vitrage.[21]
Makna dari tradisi Buka Luwur
Menara Kudus
Masyarakat
Kudus memaknai Buka Luwur sebagai peringatan wafatnya seorang wali . Hal ini
berbeda dengan pandangan ulama’ Kudus yang menyatakan bahwa peringatan Buka
Luwur tidak semata sebagai peringatan wafatnya seorang wali. Karena wafatnya
seorang wali tidak jelas kapan tanggalnya. Biasanya peringatan mempunyai nilai
yang cukup tinggi yaitu dikaitkan dengan
meneladani nilai-nilai dari perjuangan para wali dalam hidup
bermasyarakat. Karena dalam acara buka luwur ini juga dilaksanakan pengajian
umum yang mengulas perjalanan rohani wali setiap langkahnya. Sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengimplementasikan nilai-niliai yang dijalankan
oleh wali dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, pesan-pesan yang terkandung dalam upacara Buka Luwur juga mengingatkan agar orang-orang membiasakan diri untuk bersedekah atau bersadhaqah. Agar dalam kehidupan bermasyarakat terjadi keselarasan dan sifat saling tolong menolong. “Makna yang terkandung untuk menghormati atau untuk mengingat akan meninggal akan kematian, menghormati para lelulur , mengingat kepada kita karena kematian itu termasuk nasihat yang diam”[22], celetuk Bapak Hilal Haidar. Begitu juga yang dikatakan oleh Bapak Deni Nur Hakim “ makna dari buka luwur ya menghormati para lelehur atau megingatkan kita akan kematian”.[23]
Di samping itu, pesan-pesan yang terkandung dalam upacara Buka Luwur juga mengingatkan agar orang-orang membiasakan diri untuk bersedekah atau bersadhaqah. Agar dalam kehidupan bermasyarakat terjadi keselarasan dan sifat saling tolong menolong. “Makna yang terkandung untuk menghormati atau untuk mengingat akan meninggal akan kematian, menghormati para lelulur , mengingat kepada kita karena kematian itu termasuk nasihat yang diam”[22], celetuk Bapak Hilal Haidar. Begitu juga yang dikatakan oleh Bapak Deni Nur Hakim “ makna dari buka luwur ya menghormati para lelehur atau megingatkan kita akan kematian”.[23]
Manfaat dari Tradisi Buka Luwur
Menurut
Bapak Hilal Haidar “ manfaat dari buka luwur itu sendiri adalahuntuk
menghormati para sesepuh dan manfaatnya juga kembali pada diri kita sendiri
maksudnya banyak yang dapat kita ambil dari tradisi buka luwur di menara kudus
yaitu mengingatkan kita pada akan kematian”[24].
Akan tetapi menurut bapak Deni Nur Hakim yang mengatakan bahwa manfaat dari
buka luwur itu arti kebersamaam kita dimana pada tradisi tersebut kita dapat
mengambil pelajaran dari berbagai prosesi acara buka luwur dan dapat mengambil
hikmahnya”.[25]
Berbeda pula menurut Abdul Ghofur manfaat dari buka luwur adalah memperingati para
sesepuh dan agar mendapat barakah.[26]
Penutup / Kesimpulan
Buka Luwur
merupakan Tradisi yang ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Hingga
sekarang tradisi tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat Kudus dan
sekitarnya. Hal ini kemudian yang menimbulkan simpati para masyarakat dari
Kudus maupun masyarakat daerah lain untuk mendatangi prosesi
tersebut.kedatangan merekapun dengan alasan yang berbeda-beda sehingga
menimbulkan penafsiran makna yang berbeda pula. Acara buka luwur kanjeng sunan kudus ini adalah contoh
bagaiman memaknai bulan muharram dengan bercermin pada perilaku dan tradisi
keislaman kangjeng sunan kudus.
Daftar
Pustaka
Budiyanto, Ari. Buka
Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Kudus: YM3SK
Syam Nur. 2005.Islam
Pesisir, Yogyakarta:LKIS
Daftar Info Wawancara
Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00
WIB.
Menurut Abdul Ghofur
/ Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30
WIB.
Menurut Muhammad
Baedlowi / Minggu – Senin / 30 – 31 November 2015.
Menurut Bapak Hilal
Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB
[4] Menurut Abdul Ghofur / Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30 WIB.
[5] Menurut Muhammad Baedlowi /
Minggu – Senin / 30 – 31 November 2015.
[6] Menurut Bapak Hilal Haidar /
Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[8] Menurut Bapak Hilal Haidar /
Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[9] Ari Budiyanto, Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus ( Kudus
: YM3SK ), hal. 45.
[11] Menurut Bapak Hilal Haidar /
Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[12] Menurut Muhammad Baedlowi /
Minggu – Senin / 30 – 31 November 2015.
[13] Menurut Abdul Ghofur / Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30 WIB.
[14] Menurut Bapak Hilal Haidar /
Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[15] Ari Budiyanto, opcit., hal 9.
[16] Menurut Bapak Hilal Haidar /
Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[18] Ari Budiyanto, op.cit., hal 9.
[22] Menurut Bapak Hilal Haidar /
Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[24] Menurut Bapak Hilal Haidar /
Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[26] Menurut Abdul Ghofur / Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30 WIB.
No comments:
Post a Comment