Wednesday, 10 August 2016

Tradisi Buka Luwur di Menara Kudus



Tradisi Buka Luwur di Menara Kudus
Dewi Ratna Sari
1520110053
Buka luwur di Menara Kudus adalah suatu prosesi penggantian kelambu di jungkup  makam Sunan Kudus. Setiap tahun tradisi ini dilaksakan yaitu pada 1 Muharram pembukaan dan penggantian luwurnya pada 10 Muharram. Banyak perbedaan pendapat bahkan ada yang tidak mengetahui mengenai sejarah tradisi buka luwur di menara kudus hanya tokoh – tokoh tertentu yang tahu dan mengerti betul sejarah dari Buka Luwur di makam Sunan kudus. Hukum tradisi dari Buka Luwur itu sendiri juga beragam ada yang mengatakan sunah ada juga yang mengatakan sampai wajib. Buka Luwur di Menara Kudus dilaksanakan setiap 1 Muharram mempunyai alasan tertentu kebanyakan orang menganggap bahwa bulan Muharram merupakan bulan yang penuh berkah dan dikaitkan pada sejarah agama islam yang mana banyak mukjizat yang terjadi pada bulan Allah ini. Ada berbagai rangkaian upacara dalam Buka Luwur di Menara Kudus yang meliputi dimulainya pengajian tahun baru hijriah, pelepasan luwur kangjeng Sunan Kudus, munadharah masa’il diniyah, do’a rasul dan terbang papat, khatmil qur’an bil ghaib, santunan anak yatim, pembagian bubur asyuro, pembacaan al- barzanji, pengajian umum malam 1 Syuro pembagian brekat salinan, bembagian brekat shadaqah, bembagian brekat umum ( nasi jangkrik sampai puncak upacara pemasangan luwur makam kangjeng Sunan Kudus. Dalam pelaksanaan tradisi ini memiliki makna yang terkandung di dalamnya.

Buka Luwur  Sunan Kudus
Pendahuluan
Islam dan budaya adalah dua hal yang berbeda. Namun keduanya dapat saling mempengaruhi. Islam sebagai agama dengan seperangkat nilainya telah mempengaruhi pola budaya dan tradisi masyarakat pemeluknya. Akan tetapi aspek sosial budaya dari masyarakat setempat tidak serta merta terkikis. Dalam budaya popular, terkadang dikaitkan  dengan hal yang diwarnai mitos dengan seperti cerita mengenai Walisongo (sembilan wali). Tetapi dalam perkembangan berikutnya kebudayaan populer banyak sekali menyerap konsep-konsepa dan simbol-simbol Islam sehingga sering kali tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang terpenting. Pengaruh Islam juga sangat terasa dalam upacara-upacara sosial budaya populer. Di kudus buka luwur dibedakan menjadi dua yaitu Buka Luwur di Menara Kudus dan Buka Luwur di Muria. Namun, supaya tidak terlalu luas dalam pembahasan  maka hanya akan membahas mengenai tradisi Buka Luwur. Misalnya Buka Luwur di  Kudus. Buka Luwur adalah salah satu wujud hubungan antara islam dan tradisi setempat. Di Kudus terdapat berbagai tradisi yang meliputi dhandhangan, bulusan , dan Buka Luwur. Buka Luwur di Menara Kudus di laksanakan setiap 1 Muharram hal ini di karenakan bulan yang istimewa. Namun berbeda dengan Buka Luwur di berbagai daerah, biasanya dalam Buka Luwur di Menara kudus terdapat berbagai rentetan kegiatan yaitu pengajian, khotmil alqur’an , pelepasan Buka Luwur , santunan anak yatim , sampai pembagian nasi jangkrik dll. Dalam penulisan artikel ini akan membahas mengenai mulai sejarah tradisi Buka Luwur di Menara kudus , hukum dari tradisi Buka Luwur , proses Buka Luwur di Menara kudus sampai makna dari Buka Luwur tersebut.
Pengertian  Buka Luwur
Buka Luwur diambil dari bahasa jawa yaitu buka dan luwur. Buka yang artinya membuka dan luwur adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kain kafan atau kain mori yang berfungsi sebagai penutup nisan atau makam. Sedangkan menurut istilah buka luwur adalah ritual sakral penggantian luwur pada makam Kanjeng Sunan Kudus yang dilaksanakan 1 tahun sekali pada tanggal 10 Muharram yang merupakan tradisi turun-temurun dari generasi ke generasi. Jadi Buka Luwur merupakan ritual yang rutin diperingati setiap bulan Muharam (Syuro) yang lebih tepatnya 10 Muharam untuk Sunan Kudus. Ritual ini adalah ritual yang dilaksanakan untuk mengganti kain penutup makam Sunan Kudus serta melaksanakan pengajian umum, pembacaan doa tahlil, dan pemasangan Luwur baru.[1] Menurut Bapak Hilal Haidar salah satu guru di MA  Qudsiyyah menjelaskan bahwa “Buka luwur adalah sebuah prosesi yang di awali dengan membuka luwur kemudian memasang luwur dengan yang baruatau intinya mengganti kain luwur”.[2] Begitu juga menurut Bapak Deni Nur Hakim beliau staff yayasan makam sunan kudus yang mengatakan bahwa “ Buka Luwur adalah sebuah tradisi mengganti kain klambu di jungkup dan bangunan makam Sunan Kudus.[3] Tidak hanya itu menurut salah satu murid yang sekolah di TBS Kudus bernama Abdul Ghofur menjelaskan “ Buka Luwur  adalah suatu tradisi dalam rangka menghorrmati ahli kubur dengan menyelenggarakan acara – acara dan wafatnya ahli kubur dengan mengganti kain luwur yang di laksanakan setiap 1 Muharram”.[4] Berbagai pengertian Buka Luwur  diatas hampir sama dengan salah satu dengan dari teman facebook Muhammad Baedlowi  yang mengatakan bahwa “  Buka Luwur itu sama dengan khaul memperingati wafatnya waliyullah Sunan Kudus tapi dinamakan Buka Luwur itu setau saya ya mbak  mengganti kain putih sebagai kerudung dalam pusara waliyullah Sunan kudus, intinya kayak gitu dan menurut orang zaman dahulu dan turun temurun meninggalnya 10 asyuro / 10 muharram makanya setiap 10 syuro di adakan Buka Luwur atau khaul mbah waliyullah Sunan Kudus, wallahua’lam bissowab mbak[5]”. Namun ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa upacra tradisional Buka Luwur sebenrnya bukanlah khaul atau perngatan wafatnya Sunan Kudus sebab kapan tanggal wafatnya sunan kudus tidak atau belum di ketahui.
Sejarah Tradisi Buka Luwur
Buka luwur sendiri diadakan setelah wafatnya Syaikh Ja’far Shodiq (Kanjeng Sunan Kudus) yang dilakukan masyarakat setempat untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa beliau.
Menurut Bapak Hilal Haidar mengatakan bahwa “ Makam Sunan Kudus sudah berusia 600 tahun yang lalu , para pengurus berupaya memberi suatu rumah makam yang semua orang boleh masuk, supaya tempat yang dimasuki itu lebih nyaman, indah,  diantaranya di hiasi dengan kain itu ( maksudnya kain luwur ). Ibarat kain atau baju yang tidak pernah diganti  ya harus di ganti agar lebih nyaman dan menghormati”.[6] Menurut Bapak Deni Nur Hakim “Sesungguhnya Buka Luwur itu bukan haul, sebab kematian mbah sunan tidak  diketahui oleh masyarakat banyak jadi berbeda ya , sekarang kan banyak itu setiap daerah yang menyelenggaraka haul atau memperingati kematian dari orang tua saudara dll itu berbeda dengan Buka Luwur di Menara Kudus.[7] Tambahan dari Bapak Hilal Haidar yang mengatakan “ setiap ada tradisi buka luwur panitia itu untung , untung bukan dalam arti di gaji karena panitia membantu menyukseskan kegiatan itu tanpa di gaji sepeserpun melainkan untung dalam arti pemasukan yang banyak, haal ini karena banyak masyarakat yang suka rela menyumbang seperti uang, kerbau, kain mori, bahan – bahan kebutuhan masak, dll”.[8] Selain sebagai ritual tahunan, ritual ini juga menggambarkan kepribadian dari masyarakat Kudus khususnya daerah sekitar makam kanjeng sunan (Desa Kauman). Ritual tersebut dari pihak penyelenggara yayasan tidak memprioritaskan ngajuke proposal (permohonan sumbangan dari orang lain) sebagai dana pelaksanaan ritual buka luwur ini. Melainkan masyarakat sendirilah yang memberikan bantuan baik berupa harta maupun tenaga. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kudus kepada masyarakat untuk hidup mandiri tanpa tergantung kepada orang lain.
Kepanitiaan
Konsep penyelenggaraan Buka Luwur adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Oleh karena itu segala kebutuhan untuk acara buka luwur juga di peroleh dari masyarakat yang berupa shadaqah. Di sini panitia hanya memfasilitasi masyarakat yang hendak memberikan shadaqah untuk pelaksanaaan Buka Luwur. Secara teknis guna menyukseskan penyelenggaraan acara buka luwur ini  YM3SK membuat kepanitiaan dengan berbagai seksi kerja : Design, penerimaan shadaqah, pengajian, perlengkapan luwur , matoan , dan dapur, konsumsi, berkat kartu, berkat khusus, undangan, salinan, keamanan dan brekat umum, kebersihan, PPPK, penerima tamu, lampu, pengeras suara dan air, dokumentasi, perawatan hewan, satu sama lain berperan dalam bidangnya masing – masing.[9]
Hukum tradisi Buka Luwur di Menara kudus
Menurut staff yayasan sunan kudus bapak Deni Nur Hakim , “hukum dari tradisi sunan kudus itu sunnah”[10]. Begitu juga dengan pendapat dari Bapak Hilal Haidar mengatakan bahwa “hukum buka luwur itu sunah tapi kadang bisa sampai wajib , kalau sunnah itu maksudnya kita hanya menghormati saja,, tapi kalau wajib itu ibaratnya menghormati orang tua kita yaitu sangat di haruskan” [11]. Menurut masyarakat awam Muhammad Baedlowi  “hukum buka luwur Sunnah , karena di dalam khaul ada pembacaan sholawat , tahlilan khotmil qur’an dan  semuanya itu  baik,barang baik selagi bisa di jangkau kenapa tidak dihadiri ? lagi pula yang di buat acara adalah sosok walinya gusti allah orang pintar orang alim, pribadiku mengikuti acara khaul mbah sunan dengan niat di hati mengharap berkah dari allah swt”[12]. Sedangkan menurut Abdul Ghofur hukum buka luwur itu sunnah karena memperingati para leluhur ataun ulama.[13]
Tujuan tradisi Buka Luwur di menara Kudus
Sebenarnya tujuan dari tradisi Buka Luwur adalah menghormati makam sunan kudus yang ibaratnya baju yang perlu di ganti dengan yang baru.[14] Ada yang mengatakan juga bahwa tujuan dari Buka Luwur adalah untuk mentauladani atas perjuangan dari sunan kudus Kyai Ja’far Shodiq dalam menyebarkan agama islam dan tokoh yang sangat berpengaruh dalam terbentuknya kota kudus. Akan tetapi ada orang berpendapat bahwa tujuan dari tradisi Buka Luwur mengingat yang maha kuasa , bahwa  tidak ada yang kekal di dunia , itu sudah turun temurun dari nenek moyang , dengan menghadiri acara tersebut acara tersebut dapat mendapatkan berkahnya. Tapi biasanya kebanyakan orang tujuannya agar mendapat berkah serangkain acara yang diselenggarakan.
Alasan kenapa Buka Luwur dilaksanakan  pada 1 syuro memasuki awal bulan Muharram
Upacara buka luwur dimulai pada malam bulan 1 Syuro, yakni memasuki awal tahun baru islam ( bulan Muharram ) dengan di bukanya pengajian umum Tahun Baru Hijriah. Istilah syuro ( dari Asyuro’) dalam kalender jawa berasal dari penggalan sabda Rasulullah yang berbunyi Asyuro yaumul asyir. Syuro merupakan hari kesepuluh bulan muharram. Tradisi islam mencatat bahwa di yakini banyak mukjizat yang terjadi di bulan Allah ini. Beberapahal yang masih menjadi kenyakinan di kalangan umat islam antara lain adlah legenda bahwa pada hari asyuro nabi Adam diciptakan , nabi Nuh as diselamatkan dari banjir bandang , Nabi Ibrahim dilahirkan dan Allah swt menerima taubatnya. Pada hari ‘asyuro, kiamat akan terjadi dan orang mandi pada bulan asyuro diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Sejumlah umat islam mengaitkan kesucian hari ‘asyuro dengan kematian cucu nabi Muhammad saw, Husein saat berperang melawan tentara suriah yang kebetulan meninggal secara tragis pada hari ke 10 Muharram.[15] Menurut Bapak Hilal Haidar bahwa  “alasan kenapa dilaksanakan pada bulan muharram dimaksud hari yang penuh berkah bebarengan dengan hari – hari bersejarah islam”.[16] Pendapat itu hampir serupa dengan apa yang dikatakan Bapak Deni Nur Hakim yaitu alasannya Karena dalam agama islam bulan muharram adalah  bulan awal tahun baru agar kehidupan kita bisa lebih baik dari tahun sebelumnya dan bulan muharram adalah bulan yang penuh berkah.[17] 
Rangkaian  Upacara Buka Luwur  Makam Sunan Kudus
Penjamasan Pusaka
Rangkaian prosesi Buka Luwur sudah dimulai dengan acara penjamasan pusaka Sunan Kudus yang berupa keris yang bernama Cinthaka atau Ciptaka. Penjamasan keris luk sembilan dengan hiasan emas yang menempel pada gandhik tersebut dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Penjamasan pusaka ini dilakukan setelah hari raya Idul Adha pada (14 Dzulhijjah). Penjamasan dimulai sekitar pukul 07.30 dan lama pencucian pusaka sekitar 2 jam. Setiap pencucian pusaka, cuaca pasti timbreng, Cuaca timbreng adalah di mana cuaca tidak panas dan tidak hujan, matahari juga tertutup oleh awan mendung. Sebelum melakukan penjamasan, terlebih dahulu ziarah ke makam Sunan Kudus.[18]
Pengajian Tahun Baru Hijriah
Setiap memasuki tahun baru Islam (bulan Muharam/Suro) sudah menjadi tradisi bagi kaum muslim untuk melakukan doa yang disebut awal dan akhir tahun. Doa tesebut dilakukan untuk merefleksi kadar keimanan dan dosa-dosa yang pernah dilakukan selama satu tahun yang lalu dapat lebur sehingga lembaran tahun baru nantinya akan lebih baik. Pengajian umum ini dihadiri oleh masyarakat umum yang datang dari berbagai daerah di Kudus dan sekitarnya. Pengajian umum ini diselenggarakan di serambi Masjid Al-Alqsha Menara Kudus. Pengajian tersebut dimulai pukul 20.00, berlangsung kurang lebih selama dua jam.
Pelepasan Luwur
Menjelang subuh 1 syuro , para Jemaah dan peziarah biasanya sudah menyemuti kompleks makam sunan kudus. Di hari itu ,mereka tidak ingin melewatkan momentum tahunan yang penuh berkah. Upacara pelepasan luwur makam sunan kudus itu sendiri dilaksanakan pada pukul 06.00 pagi. Sebelum luwur dibuka , terlebih dahulu dibacakan tahlil,yang di pimpin seorang kyai sepuh bersama dengan beberapa kyai sepuh lain yang berada di bangunan cungkuup makam sunan kudus. Kain – kain luwur yang telah di lepas dibawa ke Tajug untuk kemudian dilipat dan ditata rapi untuk disimpan dan dipotong –potong untuk diagi pada waktu waktu upacara puncak taggal 10 syuro nanti. Maksud dari pembagian luwur adalah untuk tabarrukan / ngalap barakah atau mengambil berkah.
Munadharah Masa’il Diniyah
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada pada hari Ahad antara tanggal 1-10 syuro. Acara yang barangkali sudah berjalan selama belasan tahun ini biasanya diadakan di serambi masajid Menara Kudus. Yang pada dasarnya ini adalah forum untuk belajar bersama memperdalam ilmu – ilmu agama yang dihadiri oleh umum ,para santri, dan para kyai. Materi yag dibahas dalam munadharah adalah kumpulan pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat.

Do’a Rasul dan Terbang Papat
Pembacaan do’a rasul ini dilaksanakan pada malam 9 syuro yang bertempat di rumah yayasan masjid menara dan makam sunan kudus di sebelah selatan pendopo Tajug dan terbangan papat dengan pelantun kasidah al-barzanji terbangan dan sholawatan dilaksanakan sehabis sholat isya’ di serambi depan masjid menara kudus. Acara ini dihadiri oleh masyarakat umum dan terbangan ditampilkan oleh grup dari masyarakat sekitar. Selama empat jam suara terbang papat( empat buah )terbang atay rebana yang dilengkapi dengan satu buah jidur ini mengalun menghibur dan diikuti oleh masyarakat.
Khatmil Qur’an bil Ghaib
Kegiatan uni dilaksanakan pada pukul 05.00 pasgi pada tanggal 9 syuro di dalam masjid yang dilakukan oleh para hafidh ( penghafal alqur’an ). Dalam acara ini dilaksanakan 9 kali khataman alqur’an. Sebelum khataman ini dimulai , terlebih dahulu diadakan pembukaan dan sedikit tausiah dari kyai sepuh.kita engikutinya diharapkan mendapat barakah dari khatamn yang dilakukan.
Santunan Anak Yatim
Kegiatan ini dilaksanakan pada 9 syuro pukul 09.00 kepada anak – anak yatim yang dilaksanakan di gedung YM3SK.  Sebenarnya santunan kepada anak yatim adalah acara baru dalam rangkain upacara buka luwur yang dilaksanakan beberapa tahun ini. Sesuai dengn kriterianya, panitia melakukan survey mencari anak yatim dengan batas usia untuk putra 11 tahun dan putri 10 tahun.kemudian panitia akan mengirimkan undangan untuk penerimaan sanunan kepada anak yatim yang memenuhi kriteria tersebut.
Pembagian Bubur Asyura
Bubur asyura ini dibuat pada tanggal 9 syuro untuk menyambut hari Asyuro. Biasanya dibuat oleh para puluhan ibu – ibu di sebelah utara masjid tepatnya di rumah sebelah timur sebelah timur pawestren ( tempat shalat wanita) cerita yang ada pada bubur asyuro masyarakat kudus ini berkaitan dengan symbol peringatandan selamatan atas selamatnya nabi Nuh asdari air bah yang melanda waktu itu. Diceritakan bahwa setelah sekian lama terapung apung di air , nabi nuh dan kaumnya tidak memiliki bahan apapun kecuali sisa – sisa bahan pangan. Mereka pun mengolah kembali delapan bahan makanan yang ada untuk hidup. Delapan bahan konon tersebut sesuai dengan bubur asyuro nabi NUh yang terbuat dari 8 bahan makanan.
Pembacaan al-Barzanji
Kegiatan ini dilaksanakan ba’da isya, sebelum pelaksanaan pengajian malam 10 muharram. Untuk jamaah perempuan pembacaan al- Barzanji dilaksanakan di Pawestren ( tempat sholat wanita ) sedangkan untuk laki – laki di pendapa Tajug. Jamaah pembaca al- barzanji adalah remaja dan tokoh desa kauman.
Pengajian Umum Malam 10 Syuro
Kegiatan ini dilaksanakan pada 9 syuro , saat matahari mulai terbenam yang disambut dengan kumandang adzan maghrib, ribuan masyarakat berbondong – bonding memasuki masjid al-Aqsha menara kudus untuk bersiap mengikuti pengajian 10 muharram atau yag dikenal dengan pengajian 10 syuro, salah satu ritus dalam buka luwur kangjeng sunan kudus.
Pembagian Berkat Salinan
Dilaksanakan pada 10 syuro sekitar pukul 01.30 – 03.30 WIB dikantor YM3SK. Brekat slaina adalah berkat yang di peruntukan bagi masyarakat dengan cara menukarkan nasi yang di bawa dari rumah yang kemudian di tukar asi buka luwur. Pada awalnya pembagian berkat salinan ini adalah imbalan dari panitia kepada warga sekitar menara yang telah membantu pelaksaan buka luwur dengan menyumbang nasi. Akan tetapi karena jumlah warga yang dating terus meningkat tiap tahunnya, keluarlah kebajikan unuk membagi brekat salinan kepada siapapun yang menyumbang nasi dan ditukar dengan brekat dari sunan kudus atau sego jangkrik.
Pembagian Brekat Shadaqah
Brekat kartu shadaqah adalah brekat yang diperuntukan bagi masyarakat yang telah memberikan shadaqah untuk keperluan buka luwur. Pembagian brekat kartu dilaksanakan setelah pembagian brekat salinan di Jl. Sunan Kudus paa pukul 05.00 – 08.30 WIBdalam perkembangannya brekat kartu diberkan kepada orang – orang yang menyukseskan buka luwur kanjeng sunan kudus seperti orang yang memberi sumbangan tukang masak, tukang bolang cincang , para khatimin, dan anak – anak yatim.
Pembagian Brekat Umum ( Nasi Jangkrik )
Brekat umum adalah brekat yang akan di bagiakan kepada masyarakat umum memjelang puncak buka luwur kangjeng sunan kudus. Untuk mendapatkan brekat umum ini  puluhan ribu masyarakat telah mengantri di sekitar lingkungan masjid al – Aqsha sejak malam 10 muharram. Masyarakat menyakini adanya berkahh atau barakah dalam brekat buka luwur kangjeng sunan kudus. Pembagan brekat ini diawali dengan pembacaan do’a oleh juru kunci makam kangjeng sunan kudus setelah shalat subuh. Do’a dimulainya pembagian brekat umum dilakukan di pendopo Tajug menara kudus. Pada pagi hari selepas subuh tanggal 10 syuro ini pula masyarakat sudah berjejal di gang – gang sempit sebelah Tajug. Nasi jangkrik sangat khas dengan pembungkusnya dari daun jati yang diikta dengan bamboo atau anyaman jerami.[19]
Upacara pemasangan Luwur Makam Kangjeng Sunan Kudus
Puncak upacara buka luwur ini, pada pukul 10 syuro pagi, dilaksanakan di pendopo Tajug, sekitar 100 meter dari makam sunan kudus. Upacara 00emasangan luwur dibuka dengan iftitah bil fatihah atau membaca surat al fatihah, kemudian qira’atul qur’an dilanjutkan dengan dzikir bersama dengan membaca hasbunallah wani’mal wakil ni’mal wakilmaula wani’mal nasyir sebanyak 70 kalidan di akhiri dengan pembacaando’a Asyura. Sesampai di pesarean luwur baru kemudian di pasang. Luwur yang pasang pada acara puncak ini adaah luwur yang menutupi makam kangjeng sunan kudus di bagian dalam.[20] Jumlah kain yang dibutuhkan untuk luwur ialah sebanyak 33 gulungan yang tiap satu gulungannyaa berukuran 45 meter atau 50 yard. Khusus untuk luwur makam sunan kudus dibutukan sekitar 3 gulungan. Paling tidak luwur ini menghabiskan sekiar 1.511 meter kain mori dan 85 meter kain vitrage.[21]
Makna dari tradisi Buka Luwur Menara Kudus
Masyarakat Kudus memaknai Buka Luwur sebagai peringatan wafatnya seorang wali . Hal ini berbeda dengan pandangan ulama’ Kudus yang menyatakan bahwa peringatan Buka Luwur tidak semata sebagai peringatan wafatnya seorang wali. Karena wafatnya seorang wali tidak jelas kapan tanggalnya. Biasanya peringatan mempunyai nilai yang cukup tinggi yaitu dikaitkan dengan  meneladani nilai-nilai dari perjuangan para wali dalam hidup bermasyarakat. Karena dalam acara buka luwur ini juga dilaksanakan pengajian umum yang mengulas perjalanan rohani wali setiap langkahnya. Sehingga diharapkan masyarakat mampu mengimplementasikan nilai-niliai yang dijalankan oleh wali dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, pesan-pesan yang terkandung dalam upacara Buka Luwur juga mengingatkan agar orang-orang membiasakan diri untuk bersedekah atau bersadhaqah. Agar dalam kehidupan bermasyarakat terjadi keselarasan dan sifat saling tolong menolong. “Makna yang terkandung untuk menghormati atau untuk mengingat akan meninggal akan kematian, menghormati para lelulur , mengingat kepada kita karena kematian itu termasuk nasihat yang diam”[22], celetuk Bapak Hilal Haidar. Begitu juga yang dikatakan oleh Bapak Deni Nur Hakim “ makna dari buka luwur ya menghormati para lelehur atau megingatkan kita akan kematian”.[23]
Manfaat dari Tradisi Buka Luwur
Menurut Bapak Hilal Haidar “ manfaat dari buka luwur itu sendiri adalahuntuk menghormati para sesepuh dan manfaatnya juga kembali pada diri kita sendiri maksudnya banyak yang dapat kita ambil dari tradisi buka luwur di menara kudus yaitu mengingatkan kita pada akan kematian”[24]. Akan tetapi menurut bapak Deni Nur Hakim yang mengatakan bahwa manfaat dari buka luwur itu arti kebersamaam kita dimana pada tradisi tersebut kita dapat mengambil pelajaran dari berbagai prosesi acara buka luwur dan dapat mengambil hikmahnya”.[25] Berbeda pula menurut Abdul Ghofur manfaat dari buka luwur adalah memperingati para sesepuh dan agar mendapat barakah.[26]
Penutup / Kesimpulan
Buka Luwur merupakan Tradisi yang ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Hingga sekarang tradisi tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya. Hal ini kemudian yang menimbulkan simpati para masyarakat dari Kudus maupun masyarakat daerah lain untuk mendatangi prosesi tersebut.kedatangan merekapun dengan alasan yang berbeda-beda sehingga menimbulkan penafsiran makna yang berbeda pula. Acara buka luwur kanjeng sunan kudus ini adalah contoh bagaiman memaknai bulan muharram dengan bercermin pada perilaku dan tradisi keislaman kangjeng sunan kudus.

Daftar Pustaka
Budiyanto, Ari. Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Kudus: YM3SK
      Syam Nur. 2005.Islam Pesisir, Yogyakarta:LKIS
     
Daftar Info Wawancara

Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00 WIB.
Menurut Abdul Ghofur /  Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30 WIB.
Menurut Muhammad Baedlowi / Minggu – Senin / 30 – 31 November 2015.
Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB




[1] Nur syam. Islam Pesisir, (Yogyakarta:LKIS,2005) hal. 17
[2] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.  
[3] Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00 WIB.
[4] Menurut Abdul Ghofur /  Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30 WIB.
[5] Menurut Muhammad Baedlowi / Minggu – Senin / 30 – 31 November 2015.
[6] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[7] Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00 WIB.
[8] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[9] Ari Budiyanto, Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus ( Kudus : YM3SK ), hal. 45.
[10] Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00 WIB.
[11] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[12] Menurut Muhammad Baedlowi / Minggu – Senin / 30 – 31 November 2015.
[13] Menurut Abdul Ghofur /  Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30 WIB.
[14] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[15] Ari Budiyanto, opcit., hal 9.
[16] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[17] Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00 WIB.
[18] Ari Budiyanto, op.cit., hal 9.
[19] Ibid., hal  9 – 20.
[20] Ibid., hal 22.
[21] Ibid., hal 31
[22] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[23] Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00 WIB.
[24] Menurut Bapak Hilal Haidar / Kamis 3 Desember 2015 pukul 20: 30 WIB.
[25] Menurut Bapak Deni Nur Hakim / Sabtu 5 Desember 2015 pukul 09:00 WIB.
[26] Menurut Abdul Ghofur /  Sabtu 29 November 2015 pukul 12:30 WIB.

No comments:

Post a Comment

TES WAWASAN KEBANGSAAN CPNS LATIHAN SOAL

TES WAWASAN KEBANGSAAN (JUMLAH SOAL : 45 ) 1.Proses Islamisasi di Nusantara terjadi melalui berbagai bentuk, kecuali : A. Kesenian dan...