Thursday 5 July 2018

ALIRAN - ALIRAN DALAM ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam sejarah agama Islam telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara tajam yang sulit untuk diperdamaikan, apalagi untuk dipersatukan.
Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-kitab ushuluddin.
Barang siapa yang membaca kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai didalamnya perkataan-perkataan: Syiah, Khawarij, Qodariah, Jabariah, Sunny (Ahlussunnah Wal Jamaaah), Asy-Ariah, Maturidiah, dan lain-lain.
Umat Islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat membaca hal ini karena Nabi Muhammad SAW sudah juga mengabarkan pada masa hidup beliau.
Pada  Islam zaman klasik terjadi peperangan antara kaum Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, yang mana peperangan ini dilatar belakangi oleh pemilihan khilafah dan difitnahnya sahabat Ali telah membunuh sahabat Usman bin Affan
          Peperangan terjadi begitu sengit, hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib dan kaumnya hampir memenangkan peperangan. Akan tetapi ditengah-tengah peperangan salah satu dari kaum Muawiyah mengangkat Al-Qur’an, mengajak Ali bin Abi Thalib menyelesaikan peperangan dengan cara tahkim, dan Alipun menerimnya.
Dari sinilah awal mula muncul aliran-aliran dalam Islam yang mana pada awal kemunculannya mereka membahas tentang politik, hingga akhirnya mereka membahas tentang siapa yang kafir dan siapa yang mukmin.
            Dari kejadian diatas muncul beberapa aliran dalam Islam dan setiap aliran memiliki pemikiran-pemikirannya sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas secara singkat tentang perbedaan pemikiran aliran-aliran dalam islam tentang pelaku dosa besar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah munculnya aliran-aliran dalam Islam ?
2.      Apa saja aliran-aliran dalam Islam ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya aliran-aliran dalam Islam.
2.      Untuk mengatahui apa saja aliran dalam Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah munculnya aliran-aliran dalam Islam
      Permusuhan dari perpecahan ummat Islam, boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi, tetapi perpecahan itu mulai reda, karena terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah. Setelah beberapa lamanya Abu Bakar memegang kekhalifahan, mulai timbulnya kembali perpecahan, yang dihembuskan oleh orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-orang yang mengumumkan dirinya menjadi Nabi seperti Musailamatul-Kazzab, Thulaihah, Sajah dan Al-Aswad al-Ansy. Di samping itu ada pula golongan-golongan yang tidak mau membayar zakat kepada Abu Bakar. Padahal tadinya mereka semua membayar zakat pada Nabi. Akan tetapi semua perselisihan itu segera dapat diatasi dan di persatukan kembali, karena kebijakan khalifah Abu Bakar. Maka selamatlah kekuasaan Islam yang muda itu dari ancaman fitnahan yang akan menghancur-leburkan.
      Dalam masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, Usman dipergunakan dengan sebaik-baiknya mengerahkan semua tenaga kaum Muslimin untuk menyiarkan dan mengembangkan Islam keseluruh alam. Tetapi setelah Islam meluas kemana-mana, tiba-tiba diakhir khalifah Usman, terjadi sesuatu cedera yang ditimbulkan olh tindakan Usman  yang kurang disetujui oleh pendapat umum. Menurut pendapat umum, sebagian tindakan Usman kurang sesuai dengan perkembangan zaman. Sebab itu pandangan umum menjadi kurang senang terhadapnya. Apalagi terhadap pelaksana-pelaksanaya, yang tidak beres dalam pekerjaanya, karena kurang pengawasan Saidina Usman sendiri.
      Inilah asalnya fitnah yang membuka kesempatan untuk orang-orang yang lapar kedudukan, menggulingkan pemerintah Usman. Fitnah ini mengakibatkan terbenuhnya Saidina Usman. Setelah itu maka Ali terpilih menjadi khalifah. Akan tetapi sayang pilihannya itu tanpa suara bulat, karena ada golongan yang tidak ingin menyetujui pengangkatan itu. Bahkan ada yang menentang pengangkatan tersebut yang menuduh Ali ikut campur atau sekurang-kurangnya membiarkan komplotan pembunuh Usman. Semenjak itulah, berpangkalah perpecahan umat Islam hingga menjadi beberapa partai atau golongan diantaranya golongan yang setuju atas pengangkatan Ali, golongan yang mula-mula patuh sutuju, tetapi setelah terjadi perpecahan, menjadi golongan yang netral, golongan yang terang-terangan melawan Ali dan muncul berbagai aliran-aliran.[1]

B.     Aliran-aliran dalam Islam
1.      Syi’ah
            Syi’ah merupakan golongan yang fanatic kepada Ali dan keturunan-keturunan Nabi, Mereka mendahulukan keturunan Nabi, untuk menjadi khalifah. Mereka berpendapat tudak seorangpun yang berhak memegang kekhalifahan kecuali keturunan Nabi. Sudah kita ketahui setelah Nabi wafat, keluarga nabi yang sudah Islam adalah paman Nabi yang bernama Al-Abbas yang mempunyai putra Ali yang menjadi menantu Nabi. Maka merekalah orang yang terdekat menjadi keturunan Nabi disbanding dengan yang lain. Akan tetapi golongan Syi’ah menetapkan bahwa Ali yang paling berhak memegang jabatan menjadi khalifah. Al-Abbas sendiripun merasa bahwa ali lebih wajar menjadi khalifah dari pada dirinya sendiri.
            Ali tidak pernah menonjolkan drinya untuk merebut kekhalifahan, sekalipun ia salah seorang keluarga yang terdekat dari Nabi. Sebagi sahabat Nabi, Ali termasuk seorang sahabat yang terbesar. Ia berpendapat bahwa yang berhak menjadi khalifah itu bukan karena keturunan sebagaimana yang berlaku dalm kerajaan- kerajaan, tetapi haruslah melalui pemelihan umum dan persetujuan ummat.
            Dalam pendirian Syi’ah meraka berkeyakinan, bahwa yang dijadikan Imam sesudah wafatnya Nabi ialah ali. Karena mereka mempercayai Ali adalah guru yang ulung yang mewarisi segala pengetahuan yang ada pada Nabi. Beliau adalah manusia yang mempunyai cirri-ciri istimewa, bukan itu aja menurut mereka mentaati Ali termasuk rukun iman juga. Yang akhirnya aliran ini mulai menyimpang dari pokok-pokok Iman.[2]
2.      Aliran Khawarij
            Khawarij ini timbul setelah perang shiffin antara Ali dan Muawiyyah. Peperangan itu diakhiri dengan genjatan senjata, untuk mengadakan perundingan antara ke dua belah pihak. Golongan Khawarij adalah pengikut Ali, yang tidak setuju dengan adannya genjatan senjata dan perundingan itu. Mereka memisahkan diri dari pihak Ali, dan jadilah penentang Ali dan Mu’awiyah. Mereka mengatakan Ali tidak konsekuen dalam membela kebenaran.
            Golongan dan aliran ini berkembang dan tersebar keseluruh alam Islam pada masa itu. Mereka menjadi adopsi berat pemerintahan Umayyah, hingga kemudian menyebabkan runtuhnya Daulah Umayyah bagian timur. Seorang yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani, dapat mempengaruhi golongan ini untuk menggulingkan pemerintah Mu’awiyyah di Parsi. Setelah Khawarij ini berkembang selama dua abad. Di dalam masa kejayaannya, dalam aliran ini timbulnya beberapa perpecahan-perpecahan. Tetapi dalam garis pokknya, tetap pada persamaan pendirian, yaitu :
a.       Ali, Usman dan orang-orang yang turut dalam peperangan Jamal, dan orang-orang yang setuju adanya perundingan antara Ali dan Mu’awiyyah, semua dihukumkan org-orang kafir.
b.      Setiap ummat Muhammad yang terus-menerus membuat dosa besar, hingga matinya belum taubat, orang itu dihukumkan kafir dan akan kekal di neraka. Di samping itu, ada golongan yang menyebut dirinya golongan Najahat yaitu mereka tidak menghukumkan orang-orang yang demikian kafir total, hanya kafie terhadap nikmat tuhan.
c.       Boleh keluar atau tidak menaati aturan-aturan kepala negara bila ternyata kepala negara itu seorang yang zalim atau khianat.  
a.       Pada mulanya golongan Khawarij sesuai dan mengakui ke-tiga dasar pokok itu. Tetapi setelah adanya perpecahan-perpecahan menjadi golongan-golongan yang banyak sekali, tiap-tiap golongan menambahi dan melampaui pokok-pokok ketiga itu.[3]
3.      Aliran Murjiah
            Aliran ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama hijrah. Dinamakan Murjiah, karena lafaz itu berarti menunda atau mengembaikan. Mereka berpendapat bahwa orang-orang yang sudah mukmin yang berbuat dosa besar, hingga matinya tidak juga taubat, orang itu belum dapat kita hukum sekarang. Terserah atau di tunda serta dikembalikan saja urusanya kepada Allah kelak setelah hari kiamat. Jadi pendapat ini adalah kebalikan dari faham Khawarij.
            Sebagian dari ajaranya adalah tidak akan member bekas dan memudaratkan perbuatan maksiat itu terhadap keimanan. Demikian juga kebalikanya: tidaklah akan member manfa’at dan member faedah ketaatan seseorang terhadap kekafiranya. Artinya adalah tidak akan berguna dan tidaklah akan diberi pahala perbuatan baik yang dilakukan oleh orang kafi. Oleh sebab itu golongan ini sekali-sekali tidak mau mengkafirkan seseorang yang tellah Islam, sekalipun bagaimana besarnya maksiat yang di perbuatanya, asal ia menganut agama Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Perbutan maksiat dan dosa-dosa yang dikerjakan itu, terserah hukum-nya kepada Allah SWT.[4]
4.      Aliran Jabariyah
            Aliran Jabariyah adalah gerakan yang menentang Qadariah. Pembangunya adalah Jaham bin Shafwan. Aliran ini juga disebut golongan Jabariyah. Jaham-lah yang pertama mengatakan bahwa manusia adalah dalam keadaan terpaksa, tidak bebas dan tidak mempunyai kekuasaan sedikit juga untuk bertindak dalam mengerjakan sesuatu. Allah –lah yang menentukan sesuatu itu sesuatu itu kepada seseorang, apa yang akan dikerjakannya, baik di kehendaki oleh manusia itu ataupun tidak, jadi Allah SWT yang memperbuat segala pekerjaan manusia.      
            Jaham itu selain penggerak gerakan Jabariyah, juga seorang gerakan yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala itu tiada mempunyai sifat-sifat. Menurut Jaham, hanya Tuhanlah mempunyai zat. Walaupun terdapat ayat yang menyebutkan sifat-sifat Tuhan seperti Sama’ Bashar, kalam dan sebagainya yang harus ditakwilkan. Mengartikan secara lahir saja, tentulah mengakibatkan pengertian serupanya Allah SWT dengan makhluknya. Keadaan demikian, mustahil disisi Allah SWT oleh karena itu wajiblah ditakwilkan memahamkannya.
            Jaham berkata : “Tidak layak Tuhan itu disifati dengan sifat yang dipakai untuk mensifati makhluknya”. Perkataan yang mengatakan bahwa Allah itu mempunyai sifat-sifat yang Qadim, akan menunjukkan bahwa Allah itu berbilang-bilang. Padahal Allah adalah Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya baik dari jurusan manapun. Dan tidaklah sekali-kali zatnya itu banyak atau terbilang. Allah tidak seperti apapun. Allah tidak berjisim, tidak bersifat, dan tidak berunsur .
            Manusia dengan akalnya dapat mengetahui yang baik dan yang buruk sekalipun tidak diberitahukan oleh syara’. Misalnya mengetahui baiknya bersyukur kepada Allah, atau kebaikan keadilan dan kejahatan kezaliman.
            Mengenai janji dan ancaman artinya Allah tidak akan mengampuni dosa, orang yang berbuat dosa besar, kecuali dengan taubat. Allah SWT benar dan menepati janjinya dan ancamanya. Janji dan ancamanya tidak akan dapat berubah karena sesuatu apapun.[5]
5.      Aliran Mu’tazilah
            Menurut pendapat Mu’tazilah, Imam atau kepala negara itu adalah dipilih dari ummat. Karena Allah tidak ada menashkan (menetapkan dengan jelas ) kepada seseorang yang tertentu. Dan dipilihan itu, terserahlah kepada ummat siapa yang dipilihnya yang sanggup menjalankan hukum-hukum Allah , baik dari orang Quraisy ataupun yang lain.
            Asal saja orang yang beragama Islam. Adil dan beriman. Tidak dipandang bangsa, keturunanya dan sebagainya. Demikianlah cara-cara yang wajib dilakukan dan diperhatikan setiap masa. Pendapat ini disepakati oleh golongan Zaidyah, kebanyakan Khawarij dan kebanyakan Ahli Sunnah. Mereka berdasarkan dalil, perbuatan yang dilakukan oleh Saydina Umar bin Khattab, yang menyerahkan pemerintahan kepala majelis permusyawaratan. Kalau yang demikian itu tidak boleh dilakukan oleh orang Islam, tentu Umar tidak menyerahkan hal itu kepada mejelis permusyawarahan.[6]
6.      Aliran Qadariyah
            Pada akhir abad pertama Hijrah, diantara golongan Islam timbul suatu mazhab yang disebut Qadariyah yang dipelapori oleh seorang bernama Ma’bah Al-Jauhani Al-Bishri di tanah Iraq. Ia sebagai seorang yang alim juga tentang Qur’an dan Hadist, tetapi kemudian ia menjadi sesat damn membuat pendapat-pendapat yang salah serta batal. Sungguhpun demikian ada pula orang yang menjadi pengikutnya. Akan tetapi setelah diketahui oleh pemerintah di waktu itu, lalu ia dibunuh oleh Abdul Malik bin Marwah dan disulakan di Damsyik tahun 80 Hijrah.
            Pendapatnya bahwasanya Allah SWT tidak mengetahui serta mewujudkan segala yang di perbuat oleh manusia, dan tidak pula yang diperbuat oleh manusia itu dengan qudrat dan iradatnya Allah SWT. Bahkan manusialah yang mengetahui serta mewujudkan segala yang diamalkan itu dan semuanya dengan qodrat iradat manusia sendiri. Tuhan sama sekali tidak campur tangan di dalam membuktikan amalan-amalan itu.
            Kaum muslimin sudah semufakat seluruhnya menghukumi golongan Qodariyah ini termasuk golongan kafir. Alasan mengapa golongan ini dinamakan golongan qadariyah padahal ia menafikan qadar Allah. Sebab ia menafikan qudrat dan iradat Allah tetapi dipaki dan ditetapkan qudrat dan iradat itu untuk manusia, bearti yang mewujudkan dan menetukan segala sesuatu yang dikerjakn manusia itu adalah qudrat dan iradat manusi sendiri, sedang Allah tidak campur tangan dan tidak mengetahuinya. Imam Nawawi mengatakan bahwa mazhab yang serupa itu pada saat ini sudah lenyap sama sekali dari kalangan ummat Islam.[7]
7.      Aliran Ahli Sunnah
Aliran ini adalah golongan terbesar ummat Islam yang terkenal dengan sebutan Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Dalam pengertian umum berarti golongan yang bertentangan atau bersebrangan dengan golongan syi’ah. Aliran ini dipelapori oleh Abu Hasan Al-Asy’ari. Kata al-sunnah mengandung dua makna, pertama berate thariqah atau cara, yaitu cara yang ditembuh para sahabat dalam menerima ayat-ayat mutasyabihat, dengan menyerahkan sepenuhnya maksud ayat-ayat itu kepada Allah tampa berusaha menakwilkan. Kedua bearti al-hadist, sehingga yang dimaksud adalah mereka percaya dan menerima hadist shahih tanpa menggali maksudnya secara mendalam seperti yang dilakukan mu’tazilah.
Selanjutnya istilah ahli sunnah wal jamaah secara resmi dan baku dipakai sebagai nama golongan umat islam yang mencakup empat Imam mazhab yaitu Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan ibnu Hanbali. Menurut ibnu Taimiyah mazhab ini adalah mazhab para sahabat yang mereka dari nabi, dan orang yang berbeda dengan mazhab ini adalah mengada-ada. Di samping itu, ahli sunnah sepakat bahwa ijma’ yang diterima sebagai hujjah ialah ijma’ sahabat.Imam Ahmad Ibnu Hanbal adalah tokoh utama dan termashur sebagai imam kelompok ahli sunnah, kata ibnu Taimiyah.
 Mereka menetapkan adanya sifat dzatiyyah dab sifat fi’liyah. Mereka tidak menafikan sifat, seperti halnya Mu’tazilah, bahkan berkeyakinan adanya sifat tuhan, tetapi tidak sama dengan sifat mahluk-Nya. Karena mereka menetapkan adanya sifat tuhan, melawan pendapat mu’tazilah yang menafikanya. Sifat itu sendiri adalah sifat dzat seperti ilmu, qudrah dan hayah, yang mustahil Allah bersifat sebaliknya.[8]
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Permusuhan dari perpecahan ummat Islam, boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi, tetapi perpecahan itu mulai reda, karena terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah. Setelah beberapa lamanya Abu Bakar memegang kekhalifahan, mulai timbulnya kembali perpecahan. yang dihembuskan oleh orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-orang yang mengumumkan dirinya menjadi Nabi seperti Musailamatul-Kazzab, Thulaihah, Sajah dan Al-Aswad al-Ansy.
 Di samping itu ada pula golongan-golongan yang tidak mau membayar zakat kepada Abu Bakar. Padahal tadinya mereka semua membayar zakat pada Nabi. Akan tetapi semua perselisihan itu segera dapat diatasi dan di persatukan kembali, karena kebijakan khalifah Abu Bakar. Maka selamatlah kekuasaan Islam yang muda itu dari ancaman fitnahan yang akan menghancur-leburkan.
Aliran-aliran dalam Islam :
1. Aliran Syi’ah
2. Aliran Khawarij
3. Aliran Murji’ah
4. Aliran Mu’tajilah
5. Aliran Qodariyah
6. Aliran Jabariyah
7. Aliran Ahli Sunnah
B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah pengetahuan kita mengenai mempercayai dukun semoga bermanfaat. Dan kami juga mengharapkan sumbangsih kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyusun makalah berikutnya akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Mu’in, Taib Thahir Abdul. 1986. ilmu kalam. Jakarta : Widjaya Jakarta
Abbas, Nukman. 2002 Al-Asy’ari. Jakarta : Erlangga

    


NOTULENSI

1. Nur Fatkiyah (068)
PERTANYAAN : Pada halaman 9 dikatakan bahwa Ahli Sunnah merupakan golongan yang paling besar. Mengapa aliran ini menjadi kelompok aliran yang terbesar?
JAWABAN : Ahlu Sunnah Wal Jama’ah adalah aliran atau tema yang lahir dari berbagai perbedaan yang terjadi dalam tubuh umat Islam terutama dibidang teologi dan politik. Pada tataran pemahaman aqidah, teologi Ahli Sunnah Wal Jama’ah secara factual adalah aliran terbesar umat Islam mengalahkan aliran lainnya. Hal itu terlihat dari dominasi teologi ahli Sunnah di 85% negeri muslim. Di Indonesia penganut aqidah ahlu Sunnah lebih dari 99% penduduk Muslim. Penganut aqidah terbesar dalam berbagai aliran (madzab), fiqih dan organisasi social.
2. Dewi Ratna Sari (053)
PERTANYAAN : Pada halaman 3, apakah yang menimbulkan perselisihan pada masa Abu Bakar? Dan apa yang mempersatukannya kembali?
JAWABAN : Yang menimbulkan perselisihan pada masa Abu Bakar adalah adanya suatu golongan yang menentang untuk membayar zakat karena mengeka menganggap perjanjian mereka hanyalah kepada rosul saja dan ketika Rosul meninggal perjanjiannya pun hilang. Untuk mempersatukan umat Islam kembali Abu Bakar memerangi golongan-golongan yang ingkar tadi.
3. Fikrotul Mala S (038)
PERTANYAAN : Jelaskan tentang aliran khawarij dan si’ah? Dan apakah sapai saat ini aliran inimasih ada?
JAWABAN :  Golongan Khawarij adalah pengikut Ali, yang tidak setuju dengan adannya genjatan senjata dan perundingan itu. Mereka memisahkan diri dari pihak Ali, dan jadilah penentang Ali dan Mu’awiyah. Mereka mengatakan Ali tidak konsekuen dalam membela kebenaran. Syi’ah merupakan golongan yang fanatic kepada Ali dan keturunan-keturunan Nabi,



[1] Taib Thahir Abdul Mu’in, ilmu kalam, (Jakarta : Widjaya Jakarta, 1986 ), hal 90-93
[2] Ibid.,hal 94
[3] Ibid.,hal 98-99
[4] Ibid.,hal 100
[5] Ibid., hal 101
[6] Ibid.,hal 102-103
[7] Ibid.,hal 238
[8] Nukman Abbas, Al-Asy’ari,( Jakarta : Erlangga, 2002 ), hal 91-93


No comments:

Post a Comment

TES WAWASAN KEBANGSAAN CPNS LATIHAN SOAL

TES WAWASAN KEBANGSAAN (JUMLAH SOAL : 45 ) 1.Proses Islamisasi di Nusantara terjadi melalui berbagai bentuk, kecuali : A. Kesenian dan...