Sunday 24 June 2018

SYARAT, RUKUN, WAJIB, DAN SUNNAH HAJI


Macam – macam  pelaksanaan ibadah Haji
Dalam pelaksanaan ibadah haji ada tiga macam cara yang dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara diantara ketiga cara ini :
1.   1.    Haji Tamattu’
Cara pelaksanaaan haji tamattu’ yaitu mendahulukan ibadah umroh dulu, kemudian melaksanakan ibadah hajipada musim haji tahun itu juga atau dengan kata lain, berihrom untuk umrohpada bulan – bulan haji ( 1 syawal – hari wukuf 9 Dzulhijah ), kemudian bertahallul, setelah tiu berihram lagi untuk haji ( menjelang wukuf ) sampai selesai hajinya. Cara ini wajib membayar dam ( denda ) nusuk
Keterangan :
Setelah tiba di Makah dengan berpakaian ihrom sejak dari miqot, lalu singgah ke pemondokan atatu maktab untuk menyimpan barang bawaan, kemudian pergi ke masjidil haram untuk umroh, lalu kembali ke maktab dengan memakai pakaian biasa lagi. Sambil melakukan aktivitas ibadah di Makkah, dia menggu sampai tanggal 8 Dzulhijah untuk pelaksanaan berbagai rangkaian ibadah haji sampai selesai. Demikian inilah cara haji Tamattu’
2.    2.   Haji Ifrod
Haji ifrod ini adalah kebalikan dari haji tamattu’ yaitu dengan mendahulukan pelaksanaan ibadah haji baru kemudian melaksanakan ibadah umroh di luar  musim haji, atau dengan kata lain berihrom untuk pelaksanaan ibadah hhaji ssampai selesai, lalu berihram lagi untuk pelaksanaan ibadah umroh di luar bulan – bulan haji, apabila  sebelumnya ( sebelum tanggal 1 syawal pada tahun itu juga )belum berumroh yang berkaitan dengan ibadah haji.
Keterangan :
Setelah bulan – bulan haji tiba, orang yang ingin berhaji dengan cara ifrod, begitu sampai di pemondokan di Mkah engan berihram serta meletakkan barang – barangnya dan beristirahat secukupnya, hendaknya dia segera pulang ke masjidil haram, untuk thawaf Qudum ( Thowaf kedatangan ). Setelah itu , dia tidak boleh memilih melanjutkan Sa’I atau kembali ke pemondokan. Apabila di lanjutkan dengan Sa’I, maka Sa’I nya ini di hitung sebagai sa’I untuk haji sehingga besok ketika Thowaf Ifadhoh tidak  perlu sa’I lagi. Harus di ingat, ketika selesai Sa’I tersebut tidak boleh bercukur rambut
Setelah itu kembali ke pemondokan, dengan tetap berpakaian ihrom menunggu sampai  selesainya seluruh rangkaian ibadah haji, kemudian dia berihram lagi untuk pelaksanaan ibadah umroh sampai selesai. Cara ini tidak terkena dam ( denda ).
3.     3.  Haji Qiron
Pelaksanaan ibadah haji dengan cara Qiran adalah pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umroh bersama – sama. Hal tersebut di karenakan antara haji dan umroh terdapat amalan – amalan yang sama seperti niat Thawaf, Sa’I, dan cukur rambut yang dapat di lakukan sebagai amalan hajisekaligus sebagai amalan umroh.
Keterangan :
Setelah sampai di Makkah dengan berpakaian ihram dan istirahat secukupnya di pondokan, hendaknya segera melakukan Thowaf Qudum di Masjidil Haram. Setelah selesai tidak boleh memilih, melanjutkan Sa’I atau kembali ke Maktab ( pondokan ). Apabila dilanjutkan dengan bersa’I maka sa’I tersebut dihitung sebagai sa’I untuk haji, sehingga besok ketika melakuakn Thowaf Ifadhoh tidak perlu melakukan sa’I lagi. Perlu di ingat bahwa selesai sa’I tidak boleh bercukur, kemudian kembali ke pemondokan dengan tetap berihrom menunggu sampai selesai pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umroh sekaligus.


SYARAT, RUKUN, WAJIB, DAN SUNNAH HAJI
1. Syarat wajib haji
            Seseorang berkewajiban melaksanakan haji apabila telah memnuhi syarat-syarat sebagai berikut:
A.Islam, bagi yang bukan Islam tidak wajib
B.Dewasa atau baligh, bagi anak-anak tidak wajib
C.berakal sehat, bagi orang gila tidak wajib
D.Merdeka, bagi budak tidak wajib
E.mampu , dengan persyaratan sebagai berikut
            1. mengerti cara pelaksanaan haji
            2.Sehat rohani dan jasmani
3. cukup bekal untuk perjalanan haji dan nafkah yang cukup bagi keluarga yang ditinggalkan
4. Tidak berhaklangan untuk berhaji, sepeti ditahan atau larangan dari pemerintahh yang zalim
5. tersedianya prasarana kendaraan
6. waktu memungkinkan (pendaftaran belom tutup)
F. aman perjalanan, dalam situasi perang dan kekacauan tidak wajib
            Apabila syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka dengan penuh kesadaran, hendaknya seseorang segera dating mendaftarkan diri kepada petugas yang dapat dipercaya.
           
2. Rukun Haji atau Umrah
Rukun haji atau umrah adalah suatu bagian dari ibadah haji atau umrah yang tidak boleh ditinggalkan. Apabila salah satu dari rukun-rukun tersebut tidak dilakukan maka haji atau umrahnya batal.
Adapun rukun haji adalah sebagai berikut :
1. Niat dengan berihram
  Memakai pakaian ihram disertai dengan niat bagi laki-laki memakai dua helai pakaian yang tidak berjahit. satu diselendangkan dibahu satu lagi disarungkan. Bagi wantia, memakai pakaian yang mentutpi seluruh tubuh kecuali muka dan kedua tangan dari pergelangan sampai ujung jari. Setelah berniat dan memakai pakaian ihram pelaksanaan haji tidak boleh melanggar larangan-larangan ihram. Bagi pria dilarang : 1) memakai pakaian biasa 2) memakai sepatu yang menutupi tumit 3) menutup kepala yang melekat seperti topi, kecuali memang sangat daryrat ( sangat dingin atau ada luka yang mesti diperban). Wanita dilarang : 1) berkaos tangan 2) menutup muka ( memakai cadar atau masker ). Sedangkan larangan bagi keduanya ( laki-laki dan perempuan) adalah :1) mamakai wangi-wangian, kecuali yang sudah dipakai dibadan sebelum niat ihram 2) memotong kuku dan mencabut atau mencukur rambut badan 3) memburu binatang buruan darat dan liar yang boleh dimakan 4) membunuh dan menganiaya binatang buruan darat dengan cara apapun kecuali binatang byang membahayakan 5) nikah, menikahkan, atau meminang wanita untuk dinikahi 6) bercumbu atau bersetubuh 7) mencaci, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor.

2. wukuf diarafah. Jamaah haji yang tidak wukuf, berarti tidak mengerjakan haji. Nagi SAW bersabda yang artinya “ haji itu hadir di Arafah”. Waktu wukuf dimulai dari tergelincir matahari pada tanggal Sembilan dzhulhijjah sampai terbit fajar tanggal sepuluh dzulhijjah setelah melaksanakan kotbah wukuf. Wukuf tidak disyaratkan suci dari hadas kecil dan besr. Oleh karena itu, wanita yang sedang haid dan nifas boleh melaksanakan wukuf.
3. Tawaf Ifadhah. Tawaf adalah berputrar mengelilingi ka’bah dengan menjadikannya disebelah kiri orang yang bertawaf. Tawaf dapat dikatakan sah jika memenuhi syarat sebagai berikut: a. menutup aurat, b. suci dari hadas kecil dan besar, c. dimulai arah hajar aswat, d. menjadikan ka’bah disebelah kiri, e. dilaksanakan tujuh kali putaran, f. berada di masjidil haram, g. tidak ada tujuan lain selain tawaf, h. niat tawaf jika tawaf Sunnah adapun jika tawaf rukun dan qudum tidak diharuskan niat.
4. sa’i. Sa’I adalah berlari-lari kecil dari bukit safa ke bukit marwah. Bisa dikatakan jika sa’I memenuhi syarat sebagai berikut: 1) didahului dengan tawaf, 2) tertib, 3) menyempurnakan tujuh kali perjalanan diantara bukit safa dan marwah, 4) dilaksanakan di tempat sa’i (mas’a).
5. Tahallul. Tahallul adalah proses penghalalan atau pembebasan setelah melaksanakan rukun-rukun haji dengan cara mencukur atau menggunting rambut dan wanita paling sedikit tiga helai
6. Tertib, yakni berurutan sesuai urutan rukun haji.
3. wajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dilaksanakan dalam ibadah haji. Apabila ditinggalkan, haijnya sah tetapi harus membayar dam dan berdosa kalau sengaja melanggarnya tanpa ada udzur syar’i. wajib haji sebagai berikut :
a. berniat haji dari miqat. Miqat dalam pelaksanaan haji terbagi dua : yaitu zamani dan makani. Miqat zamani haji dumulai dari bulan syawal, dzulqa’dah dan awal dzulhijjah. Sedangkan miqat makani sebagaimana ditetapkan oleh nabi SAW terdapat lima tempat : 1) dzulhulaifah (Bir Ali) bagi penduduk madinah dan yang melewatinya 2) juhfah bagi penduduk Syam bagi yang melewatinya 3) Qarnul Manazil ( As-Sail). Bagi penduduk Najd dan yang melewatinya 4) Yalamlam bagi penduduk Yaman dan yang melewatinya, termasuk Indonesia 5) penduduk Dzatu Irqin bagi penduduk Irak dan yang melewatinya.
b. Mabit di Mudzalifah. Mabit adalah bermalam walaupun hanya sebentar sebagian besar ulama menetapkan mabit di muzdalifah adalh wajib adapula ulama lain yang menyatakan Sunnah. Mabit di muzdalifah dimulai ketika telah lewat tengah malam tanggal 10 dzulhijjah sampai terbit fajar. Mabit boleh dilakukan sesaat asal telah lewat tengah malam. Pada saat mabit hendaknya membaca talbiyah, zikir, dan membaca Al-Quran. Kemudian disunahkan mengambil batu di daerah Muzdalifah untuk melontar jumrah dan bertolak ke Mina.
c. Mabit di Mina. Mabit di Mina adalah salah satu wajib haji, yaitu bermalam di Mina pada malam hari-hari tasyriq ( tanggal 11, 12 bagi yang melaksanakan nafar awal, dan tanggal  13 dzulhijjah bagi yang melaksanakan nafar tsani )
d. melontar jumrah ula, wustha, dan ‘aqabah. Mlontar jumrah dimulai pada tanggal 10 dzulhijjah sampai tanggal 12 atau 13 ( tergantung niat nafarnya ). Pada tanggal 10, yang dilontar hanya jumrah ‘aqabah saja sebanyak tujuh kerikil. Sedangkan pada tanggal 11, 12, atau 13 melontar ketiga jamarat dengan urutan ula, wustha dan ‘aqobah. Pelaksanaan melontar sebaiknya memilih waktu-waktu yang senggang demi keselamatan.
e. tawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan Mekah.
f. menghindari perbuatan yang dilarang ketika berihram.

No comments:

Post a Comment

TES WAWASAN KEBANGSAAN CPNS LATIHAN SOAL

TES WAWASAN KEBANGSAAN (JUMLAH SOAL : 45 ) 1.Proses Islamisasi di Nusantara terjadi melalui berbagai bentuk, kecuali : A. Kesenian dan...